10.7.12

Mimpi-Mimpi Einstein











ISBN: 979-9203-31-7
Judul: Mimpi-Mimpi Einstein
Penulis: Alan Lightman
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Jumlah Halaman: 154 halaman


Tak banyak manusia yang dengan sengaja memikirkan waktu. Memikirkan berbagai macam skenario makna waktu dan mengapa waktu itu ada. Tak aneh jika seorang Einstein mau bersusah payah untuk memikirkannya. Dalam buku ini, berbagai skenario diceritakan dengan cerdasnya oleh Alan Lightman, masing-masing bercerita tentang apa yang terjadi jika suatu waktu didefinisikan sebagai suatu yang tidak pernah dipikirkan oleh kita.

Berikut nukilannya:
9 Juni 1905
Andaikan manusia hidup selamanya.
Secara unik, warga di tiap kota terbagi menjadi dua: Kelompok Belakangan dan Kelompok Sekarang.
Kelompok Belakangan bersikukuh untuk tidak perlu buru-buru kuliah di universitas, belajar bahasa asing, membaca karya Voltaire atau Newton, meniti karir, jatuh cinta, berkeluarga. Untuk semua itu, waktu tak terbatas. Sepanjang waktu abadi, segala sesuatu bisa dipenuhi. Semua bisa menunggu. Bukankah tindakan yang terburu-buru bisa berbuah kesalahan? Siapa mampu membantah logika mereka? Kelompok Belakangan dapat dijumpai di setiap toko atau di setiap jalan. Mereka berjalan santai dengan busana longgar. Mereka menikmati tiap artikel dalam majalah mana pun yang sedang terbuka, menata ulang perabotan rumah, nimbrung ke dalam percakapan seperti daun jatuh dari pohon. Kelompok Belakangan menikmati kopi di kafe-kafe sembari berdiskusi tentang kemungkinan-kemungkinan dalam hidup.
Kelompok Sekarang beranggapan bahwa dengan kehidupan yang abadi mereka bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan. Ada tumpukan karir yang jumlahnya tak terhingga, menikah dalam kali kesekian yang tak terbayangkan, dan pandangan politik terus berganti. Setiap orang dapat menjadi penasihat hukum, tukang batu, penulis, akuntan, pelukis, ahli fisika, petani. Kelompok Sekarang secara teratur membaca buku-buku terbaru, belajar tata cara perdagangan baru, bahasa-bahasa baru. Demi mencucup sari madu kehidupan yang tak terbatas itu, mereka bangun lebih pagi dan tak pernah bergerak lamban. Siapa meragukan logika semacam ini? Kelompok Sekarang gampang dikenali. Merekalah pemilik kedai-kedai kopi, profesor di kampus, dokter dan perawat, politikus, orang-orang yang tak henti-hentinya menggoyangkan kaki saat duduk bersandar. Mereka bergerak dalam rangkaian kehidupan dan berusaha untuk tidak kehilangan setiap hal. Ketika dua orang dari Kelompok Sekarang bertemu di pilar bersegi enam di Pancuran Zahringer, mereka saling berkisah tentang kehidupan mereka, saling bertukar informasi dan melirik jam tangan mereka. Ketika dua orang dari Kelompok Belakangan bertemu di lokasi yang sama, mereka merenungkan masa depan dengan mata mengikuti gerak air yang membentuk lingkaran.

~ Saya si Pembaca Buku